Pernahkah kamu menjumpai orang yang selalu merasa paling hebat dan tidak mau menerima pendapat orang lain? Atau jangan-jangan, kamu sendiri yang punya perilaku seperti itu? Hati-hati, bisa jadi kamu termasuk dalam orang yang narsis. Narsis adalah istilah untuk menggambarkan perilaku seseorang yang punya rasa percaya diri tinggi. Perilaku ini sebenarnya bukan hal yang buruk apabila dibarengi dengan self-esteem yang baik, memiliki empati, dan bisa belajar dari kesalahan. Akan tetapi, kalau narsis menjadi sebuah kebiasaan dan dilakukan secara berlebihan hingga merugikan orang lain, mungkin saja perilaku ini sudah termasuk dalam tanda gangguan kepribadian narsistik. Mengenal Karakteristik Narsistik Orang dengan gangguan kepribadian narsistik punya rasa percaya diri yang berlebihan, tetapi enggan berempati terhadap sesama. Mereka juga merasa dirinya sangat hebat dalam segala hal. Nggak cuma sampai di situ, ada lagi beberapa ciri-ciri penderita gangguan kepribadian narsistik yang bisa dikenali, yaitu Arogan dan ingin dikagumi secara terus-menerus Iri pada orang lain dan yakin bahwa orang lain iri pada dirinya Ingin dikenal sebagai sosok yang superior, meskipun tidak memiliki prestasi atau pencapaian yang mendukung Sering melebih-lebihkan pencapaian Adanya harapan orang lain patuh dan ingin dilayani Sibuk dengan fantasi tentang kekuasaan, kesuksesan, kecantikan, kecerdasan, atau pasangan yang sempurna Manipulatif demi keuntungan pribadi Tidak menerima kritik dan sering lari dari tanggung jawab Selalu berusaha unggul di tiap situasi Punya cita-cita yang tidak realistis Suasana hati cepat berubah Gangguan kepribadian narsistik bisa terbentuk karena pola asuh dari orang tua ke anak. Salah satunya adalah kebiasaan orang tua yang suka memanjakan, memuji yang berlebihan, dan membuat anak selalu merasa lebih hebat dibandingkan dengan teman atau saudara-saudaranya. Selain itu, anak yang hidup dan tinggal di lingkungan di mana ia sering dibangga-banggakan secara berlebihan, memiliki riwayat orang tua dengan gangguan kepribadian narsistik, atau adanya masalah pada sistem saraf juga dapat memicu perilaku ini. Cara Menangani Narsistik dengan Tepat Dilihat dari karakteristiknya saja, narsistik bukan suatu perilaku yang baik untuk dipelihara, ya? Selain bisa dijauhi oleh orang-orang terdekat, sebagian penderita gangguan kepribadian narsistik sering kecanduan alkohol atau terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang, lho. Dampak dari keinginan untuk terus-menerus diperhatikan dan mendapat pengakuan bisa membuat seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik lebih rentan mengalami penyakit mental tertentu, seperti gangguan kecemasan dan depresi. Sedangkan kecanduan alkohol dan penyalahgunaan napza dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko timbulnya penyakit jantung, penyakit liver, ada gangguan metabolik lain. Biasanya sih, seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik tidak merasa ada yang salah dengan dirinya sehingga enggan meminta bantuan orang lain atau berkonsultasi ke dokter. Oleh karenanya, jika orang terdekatmu ada yang terlihat terlalu narsis dan haus akan perhatian hingga menghalalkan segala cara supaya diakui, ajaklah ia ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan. Tidak ada obat yang efektif untuk mengatasi narsis yang berlebihan. Psikoterapi adalah pilihan yang bisa dilakukan untuk memahami penyebab kenapa seseorang memiliki kepercayaan diri yang berlebihan, sulit memercayai orang lain, dan kebiasaan memandang rendah orang lain. Selain itu, psikoterapi juga akan membantu mengajari penderita cara untuk mengelola stres. Jika diperlukan, dokter bisa meresepkan antidepresan dan anticemas bila narsis yang dialami sudah menyebabkan munculnya gangguan kecemasan.
Dankalaupun ternyata kita memang mampu berbuat lebih baik daripada orang yang kita cari-cari kesalahannya/kritik, maka bersyukurlah, jangan sampai hal tersebut menjadikan kita ujub dan tidak berarti hal tersebut membolehkan kita meneruskan mencari-cari kesalahan orang lain, perhatikanlah hadits-hadits shahih terkait.
Padahal tidak semua kritik dari orang lain merupakan hal negatif. Bisa jadi, kritik dan masukan orang lain bermanfaat untuk pengembangan kepribadian pribadi. Bukan hanya tidak bisa menerima kritik, orang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik cenderung untuk merasa depresi dan gangguan mood karena senantiasa menginginkan kesempurnaan.Unduh PDF Unduh PDF Saat hati gundah gulana, rasanya sulit sekali berharap keadaan akan membaik. Namun, perubahan pasti terjadi dan keadaan bisa membaik! Jangan menyalahkan diri sendiri jika Anda merasa sedih, kesal, kesepian, atau tertekan sebab ini adalah hal yang manusiawi. Kalau Anda sedang murung, entah hanya sesaat atau sudah menahun, artikel wikiHow ini menyajikan beberapa kiat jitu yang mampu mengubah suasana hati sehingga Anda merasa lebih baik. Mengendalikan pikiran bukan hal mudah, tetapi Anda mampu melakukannya! 1 Bernapaslah dalam-dalam beberapa kali untuk merilekskan sistem saraf yang tegang. Rasa cemas atau kesal membuat tubuh bereaksi terhadap emosi tersebut. Begitu tersadar bahwa Anda mulai merasakan emosi negatif, hentikan sejenak aktivitas yang sedang dilakukan untuk bernapas panjang beberapa kali. Anda bisa mengendalikan pikiran jika tubuh sudah kembali rileks.[1] Bernapas panjang dengan tenang dan teratur berguna untuk menghentikan reaksi lawan-lari-diam yang terjadi dalam sistem saraf sehingga tubuh perlahan-lahan kembali normal. Adakalanya, menarik napas panjang terasa sangat sulit, apalagi jika Anda sedang cemas. Kalau Anda mengalami situasi seperti ini, rilekskan diri dengan membuang napas perlahan-lahan. Iklan 1 Terimalah kenyataan bahwa Anda sedang murung, lalu cari tahu penyebabnya. Saat menyadari bahwa Anda merasa sedih atau kesal, tanyakan kepada diri sendiri apa yang terjadi sehingga Anda merasa sedih atau kesal? Mungkin Anda sudah tahu penyebabnya, misalnya karena baru putus cinta, masalah dengan rekan kerja, atau bertengkar dengan kekasih. Adakalanya, pemicu emosi negatif sulit ditentukan, misalnya karena merasa tidak dihargai atau khawatir menghadapi situasi akhir-akhir ini. Apa pun alasannya, suasana hati membaik cukup dengan mencari tahu apa yang membebani pikiran.[2] Jika Anda kesulitan mencari tahu penyebabnya, ajukan pertanyaan yang bertolak belakang kepada diri sendiri Apa yang perlu dilakukan agar aku merasa bahagia? Setelah menentukan pemicu rasa murung, pikirkan solusi terbaik untuk mengatasinya. Kemudian, tentukan langkah yang perlu dilakukan untuk mengubah keadaan. Jika Anda sering merasa sedih tanpa alasan yang jelas, mungkin Anda mengalami depresi. Berkonsultasilah dengan dokter kalau Anda mengalami hal ini. 1 Kasihi diri sendiri seperti Anda mengasihi teman. Perhatikan baik-baik percakapan batin tentang diri sendiri. Begitu muncul pikiran negatif, tanyakan dalam hati, "Apakah aku tega mengatakan hal ini kepada teman baik?" atau "Apa tanggapanku kalau teman baikku berbicara seperti ini tentang dirinya?" Kemudian, katakan hal-hal baik kepada diri sendiri selayaknya Anda sedang berbicara kepada teman baik.[3] Contohnya, alih-alih berpikir, "Aku tidak lulus ujian. Dasar bodoh.", katakan dalam hati, "Aku akan menyusun jadwal agar bisa belajar dengan baik. Jadi, aku bisa memperbaiki nilai dan lulus ujian." Langkah ini mungkin terasa sangat sulit pada awalnya, tetapi makin hari makin mudah jika diterapkan secara konsisten. Mulailah dengan berlatih memperhatikan percakapan batin tentang diri sendiri, lalu ubah dengan mengatakan hal-hal positif yang membuat Anda merasa optimis.[4] Pikiran memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Orang-orang yang bahagia bukan mereka yang berada di lingkungan terbaik, melainkan mereka yang bersikap paling baik. Iklan 1 Sempatkan berjemur setiap pagi agar tubuh terasa lebih segar. Sebisa mungkin, lakukan aktivitas di alam terbuka, misalnya di taman, di pantai, atau di halaman belakang rumah. Menikmati pemandangan alam sangat baik untuk meredakan stres dan kecemasan sambil melakukan aktivitas menyenangkan di pagi hari![5] Jika Anda tidak bisa keluar rumah, buka tirai jendela atau kerai agar sinar matahari masuk ke dalam ruangan dan membuat Anda lebih berenergi. Meskipun tidak secara langsung, sinar matahari memengaruhi suasana hati dengan meningkatkan kadar vitamin D dalam tubuh. Kekurangan vitamin D dianggap berkorelasi dengan depresi. Tubuh akan memproduksi vitamin D saat kulit terpapar sinar matahari selama 10-20 menit.[6] Lindungi kulit dengan tabir surya jika Anda ingin beraktivitas di luar rumah. 1 Tonton film atau baca artikel yang membuat Anda tergelak. Sepertinya, orang-orang baru bisa tertawa kalau hati senang. Justru sebaliknya, tertawa bisa memicu rasa senang yang bermanfaat menjaga kesehatan tubuh dan mental. Saat tertawa, meningkatnya asupan oksigen ke dalam paru-paru dan sekresi hormon endorfin di dalam otak memicu rasa senang dan rileks. Oleh sebab itu, tontonlah film komedi, video lucu, atau acara lawak di TV supaya Anda bisa tertawa terbahak-bahak.[7] Bacalah kisah humor, komik jenaka, atau lelucon jika Anda gemar membaca. Kalau Anda ingin tertawa bersama orang lain, tontonlah teater komedi atau ajak mengobrol teman yang humoris. Jika cara di atas kurang manjur, tertawalah dibuat-buat sambil bersuara sesuka hati. Biasanya, Anda akan tertawa terbahak-bahak setelah beberapa kali mencoba. Iklan 1 Hibur diri sendiri dengan mengukus atau memanggang makanan sehat yang lezat. Langkah ini bisa membangkitkan semangat jika Anda sedang murung. Menimbang bahan masakan dan menerapkan petunjuk dalam resep membuat Anda merasa mampu mengendalikan keadaan. Selain itu, pikiran akan teralihkan dari masalah sebab Anda harus berkonsentrasi pada aktivitas yang sedang dilakukan. Terakhir, Anda bisa menyajikan hidangan lezat untuk dinikmati bersama teman atau orang terkasih![8] Banyak resep masakan yang bisa dimodifikasi. Jadi, Anda punya kesempatan untuk mengekspresikan diri sambil berkreasi. Contohnya, tentukan sendiri berapa banyak cabai rawit dan bawang putih yang ingin digunakan saat membuat pepes telur. Contoh lain, buat bunga mawar fondan beragam warna untuk menghias kue tar. 1 Carilah kesibukan dengan mengolah tanah untuk memperbaiki suasana hati. Saintis membuktikan bahwa aroma tanah bisa memicu rasa senang. Jadi, biarkan tangan kotor terkena tanah sambil bersenang-senang seperti anak kecil. Jika ada pekarangan di rumah, cobalah menanam bunga mawar, pohon jeruk, atau tanaman rempah. Temui penata taman dekat rumah untuk mencari tahu cara menanam dan merawat beragam tanaman.[9] Kalau tidak ada pekarangan untuk menanam pohon, Anda bisa merawat tanaman hias menggunakan pot kembang di dalam rumah, di kosen jendela, atau di teras dekat pintu. Iklan 1 Jangan mengisolasi diri jika Anda sedang murung. Mungkin Anda enggan mengakui bahwa Anda membutuhkan bantuan orang lain, tetapi hal ini menunjukkan bahwa Anda tidak mau menyerah pada keadaan. Jika ada orang yang bisa dipercaya, mintalah dukungannya, entah dari anggota keluarga, teman, guru, atau rekan kerja. Ajaklah ia mengobrol sambil minum kopi, berjalan santai di taman, atau melalui video ponsel.[10] Anda bisa berpikir secara objektif tentang masalah yang dialami saat berdiskusi dengan orang lain. Selain itu, percakapan ini membuat Anda berdua lebih akrab.[11] Kalau Anda tidak punya teman yang bisa diajak mengobrol, carilah teman baru dengan mengikuti kursus atau bergabung dalam komunitas. Selain itu, temui konselor untuk berkonsultasi. Mendengar terapis profesional memberikan masukan tentang masalah yang Anda hadapi rasanya sangat melegakan. Jika seseorang membuat Anda murung atau tidak percaya diri, cobalah membatasi interaksi dengannya.[12] 1 Curahkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan agar Anda bisa memahami diri sendiri. Menulis buku harian merupakan cara efektif mengendalikan perasaan dan menjernihkan pikiran. Terapkan langkah ini jika Anda tidak mau menceritakan masalah personal kepada orang lain atau tidak ada yang bisa diajak berbicara. Buku harian adalah milik pribadi. Anda boleh menyimpannya atau merobek catatan yang baru ditulis. Anda tidak perlu menjadi penulis yang hebat. Luangkan waktu untuk menulis setiap hal yang terpikirkan. Menulis bebas merupakan cara tepat mengekspresikan diri. Iklan 1 Tulis semua hal yang selayaknya disyukuri. Mungkin Anda merasa kurang beruntung sehingga merasa murung. Namun, setiap orang punya beberapa alasan untuk bersyukur. Buat lis berisi hal-hal yang Anda syukuri, lalu baca berulang-ulang jika Anda membutuhkan pengingat tentang hal-hal baik yang Anda alami atau miliki. Jika keadaan saat ini membuat Anda kesulitan mengingat apa yang perlu disyukuri, mulailah dari hal-hal kecil, misalnya makanan yang disantap hari ini atau rumah yang aman dan nyaman. Anda juga boleh bersyukur saat teringat kenangan manis atau bertemu orang terkasih. Dengan mensyukuri hal-hal kecil setiap hari, Anda bisa menemukan berbagai alasan untuk bersyukur setiap saat. 1 Luangkan waktu untuk bersantai. Adakalanya, Anda tidak menyadari bahwa suasana hati memburuk karena beban pikiran terus menumpuk. Atasi hal ini dengan menyisihkan waktu untuk menyendiri sambil bersantai selama beberapa menit atau sehari penuh, misalnya dengan melakukan aktivitas berikut[13] Berendam dalam air hangat[14] Mendengarkan lagu favorit sambil menyanyi kalau Anda mau![15] Bermain dengan hewan peliharaan Beraktivitas di alam terbuka Membaca buku renungan atau motivasi Bermeditasi Mengerjakan puzzle atau mengisi TTS Berlatih yoga[16] Iklan 1 Alokasikan lebih banyak waktu untuk melakukan aktivitas yang sangat digemari. Anda akan terbebas dari rasa murung jika bisa menyisihkan waktu untuk menikmati hal-hal menyenangkan! Manfaatkan waktu luang setiap akhir pekan atau sepulang sekolah/kantor untuk menikmati hobi. Pilih aktivitas yang sangat menyita perhatian dan membuat Anda fokus pada kekinian, tetapi jangan menonton TV dan mengakses situs web. Anda boleh beraktivitas di luar ruangan, misalnya bermain golf, berjalan kaki di taman, berenang, atau bersepeda. Jika Anda pencinta seni, cobalah melukis atau menari balet. Selain itu, luangkan waktu untuk berwisata ke luar kota atau menjadi sukarelawan dengan membagikan makanan kepada tunawisma.[17] Anda tidak perlu melakukan aktivitas yang sama setiap hari. Tulis semua yang ingin dilakukan atau dipelajari, lalu lakukan aktivitas yang beragam dengan menyusun jadwal mingguan.[18] 1 Ubah cara pandang dengan berbuat baik kepada orang lain. Anda akan merasa lebih baik meskipun hanya melakukan hal kecil untuk menolongnya. Selain itu, tindakan yang Anda lakukan bisa mengubah cara pandang tentang masalah yang sedang terjadi. Sebagai contoh, berikan bantuan kepada orang lain dengan[19] Menyumbangkan uang atau barang melalui badan amal Melakukan aktivitas secara sukarela Menulis pesan untuk menyemangati orang yang sedang menghadapi kesulitan Membawa makanan untuk teman yang sedang sakit Menelepon teman yang sedang berduka untuk mengobrol dengannya Iklan 1 Perbaiki suasana hati dengan berolahraga. Mungkin Anda kehilangan semangat untuk menggerakkan tubuh saat murung. Kabar baiknya, gerakan tubuh bisa menstimulasi hormon dalam otak yang memicu rasa senang dan meningkatkan motivasi meskipun Anda berolahraga hanya 10-20 menit.[20] Pilih olahraga yang sangat digemari agar Anda berlatih secara konsisten. Selain berolahraga di gym, lakukan aktivitas berikut[21] Berlari di area perbukitan Berdansa mengikuti ritme musik yang memacu semangat Berlatih kardio mengikuti video aerobika Berenang Berlatih karate 1 Santaplah makanan bernutrisi dan biasakan makan sesuai jadwal. Kesehatan fisik dan mental meningkat jika Anda menerapkan pola makan sehat. Selain itu, rasa senang karena Anda mampu mengambil keputusan yang tepat bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan mengendalikan diri. Biasakan makan 3-4 jam sekali dengan mengonsumsi makanan bernutrisi terdiri dari sumber protein bebas lemak, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh.[22] Hindari makanan tinggi gula atau karbohidrat olahan sebab membuat energi sangat fluktuatif beberapa jam kemudian sehingga memengaruhi suasana hati. Kekurangan vitamin B tertentu bisa memicu depresi. Untuk mencegahnya, konsumsilah makanan yang mengandung banyak vitamin B, misalnya daging ayam, telur, kacang polong, dan jeruk. Asam lemak omega 3 dari ikan berlemak, misalnya salmon, tuna, haring, dan makerel bermanfaat menstabilkan emosi.[23] Ingin menikmati camilan yang manis? Cokelat hitam mampu memperbaiki suasana hati dengan mengurangi stres.[24] Iklan 1 Jagalah kebugaran tubuh dengan tidur malam 7-8 jam setiap hari. Kekurangan tidur berdampak besar terhadap kesehatan mental. Jika Anda sulit terlelap, luangkan waktu sekitar satu jam untuk bersantai tanpa melihat layar perangkat elektronik menjelang tidur malam. Selain itu, biasakan pergi tidur pada waktu yang sama dan bangun pagi pada waktu yang sama setiap hari. Menerapkan rutinitas tidur bermanfaat menenangkan aktivitas otak menjelang tidur malam.[25] Siapkan kamar tidur yang gelap, sejuk, dan hening. Jika diperlukan, belilah alat pemutar derau putih, kipas angin, dan tirai jendela yang mampu memblokir cahaya agar suasana kamar terasa nyaman. 1 Carilah bantuan kalau keadaan memburuk. Jika Anda makin sering murung, mungkin Anda mengalami depresi atau masih ada masalah dalam pikiran bawah sadar yang belum dibereskan. Anda akan sangat tertolong jika berdiskusi dengan orang yang suportif. Terapis mampu menjelaskan cara mengatasi stres, mengendalikan pikiran negatif, dan memulihkan hubungan pribadi yang bermasalah.[26] Meminta bantuan orang lain untuk menjaga kesehatan mental adalah langkah yang tepat. Mengakui bahwa Anda membutuhkan pendapat orang lain agar merasa lebih baik membutuhkan keberanian yang besar! Iklan Peringatan Jika Anda sering putus asa, marah, atau merasa hampa, mungkin Anda mengalami gejala depresi.[27] Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang serius. Kiat dalam artikel ini bukan untuk mengatasi depresi. Jangan menerapi diri sendiri dengan mengonsumsi alkohol atau narkoba. Cara tersebut membuat Anda kesulitan mengendalikan emosi di kemudian hari.[28] Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?
AnNajm: 32). Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian." (HR. Muslim). Merasa diri paling benar, paling suci, paling aman dari dosa, paling beriman atau bahkan paling berhak masuk surga adalah beberapa bentuk sikap sombong dalam Islam dan merupakanMerasa diri sendiri sudah lebih baik ketimbang orang lain jelas bukan berarti memang begitulah kebenarannya. Sangat mungkin kita cuma terlalu percaya diri. Atau, menggunakan ukuran-ukuran yang amat subjektif sehingga hanya memenangkan diri pun itu, selalu merasa lebih baik daripada orang lain itu gak bagus, lho. Coba deh, kita introspeksi sejenak. Jangan sampai kita malah menanggung akibat seperti berikut Sering kali saat melihat orang lain, yang tampak hanya kekurangannya coba kita ingat-ingat kembali. Apa saja yang biasa muncul di pikiran kita saat melihat orang lain? Apakah kita lebih cepat mengenali sisi baiknya atau justru hanya menyorot sisi buruknya?Tentu saja semua orang pada dasarnya punya kekurangan dan kelebihan. Hanya saja, semestinya kita bisa lebih seimbang dalam melihat orang lain. Gak perlu melebih-lebihkan kekurangannya sampai seolah-olah dia gak ada baik-baiknya jadi Malah gak sadar kalau diri sendiri juga banyak celanya kita sudah sibuk menyorot kekurangan orang lain, kita akan lupa bahwa diri sendiri pun gak sempurna. Bahkan gak kalah banyak celanya dari orang lain. Lisan kita mungkin masih menyangkal saat dituduh merasa diri sendiri berdalih punya kekurangan, tetapi gak separah orang lain. Namun kenyataannya, perilaku kita gak menunjukkan kalau kita sepenuhnya menyadari kekurangan diri. Sebab jika sepenuhnya menyadari, kita pasti akan lebih toleran pada kekurangan orang Kalau sadar saja gak, bagaimana akan memperbaikinya? orang punya PR masing-masing. Salah satunya adalah terus memperbaiki diri sesuai dengan kekurangan yang disadari. Lalu bagaimana jika kita bahkan gak merasa punya kekurangan seperti dalam poin 2?Ya sudah, selamanya kita akan menjadi pribadi yang begitu-begitu saja. Bukannya menunjukkan kualitas diri yang makin baik dari waktu ke waktu, malah mungkin terus memburuk. Yang paling mengerikan, penurunan kualitas diri ini juga bisa gak kita sadari. Biasanya, orang lain yang lebih peka soal ini. Mereka mungkin akan langsung menegur perubahan perangai kita. Mungkin juga lambat laun menjauhi kita bila sikap kita makin keterlaluan. Baca Juga 5 Hal dalam Hidup yang Gak Harus Kamu Korbankan demi Orang Lain 4. Gak habis pikir jika justru orang lain yang mendapat pujian kita lebih mudah melihat sisi buruk hampir semua orang, kita jadi merasa gak terima bila mereka yang disanjung. Bukan kita, padahal kita yakin jauh lebih baik daripada kita juga menuduh pemberi pujian sudah gak punya akal sehat. Duh, kalau sampai seperti ini, perlahan-lahan kita justru menciptakan lingkaran kebencian pada siapa pun, kan?Kita lupa aturan main yang amat sederhana dalam hidup ini. Bahwa saat kita menilai orang lain, orang lain juga menilai kita. Kita gak bisa merasa unggul hanya berdasarkan penilaian Jadi jago menghakimi orang kita paham kita gak lebih baik daripada siapa pun, kita akan merasa gak sanggup bila harus menghakimi orang lain. Kita sudah merasa malu bahkan sebelum dipermalukan oleh siapa pun. Itu karena kita sadar betul daftar panjang kekurangan ada kalanya kita perlu menunjukkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut. Namun gak berlebihan, seakan-akan orang yang menganut nilai-nilai yang berbeda pasti manusia, kita memang gak bisa sepenuhnya objektif. Namun kita masih bisa berusaha untuk lebih sadar diri. Ada banyak cara yang bisa satunya, saban kita mulai menyorot kekurangan orang lain, langsung katakan pada diri sendiri, Ah, aku juga gak sempurna kok. Aku ... isi dengan salah satu atau beberapa kekurangan diri.’Simpel banget, kan? Yuk, sering-sering melakukannya ketimbang kualitas diri kita terancam terus merosot cuma gara-gara merasa lebih baik dari semua orang. Baca Juga 10 Dasar Pemikiran Hidup Minimalisme Dari Buku 'Seni Hidup Minimalis' IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. SikapSombong, Merasa Lebih Dibandingkan Orang Lain. Sikap sombong kebanyakan sering tidak kita sadari, penyakit ini muncul ketika kita suka memuliakan diri merasa lebih daripada orang lain. "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Si A dan si B sedang belajar di rumah masing-masing. Besok ujian Matematika. Kata guru, ada seratus soal pilihan ganda. Semua bahan ajar telah disampaikan, tidak terkecuali contoh-contoh soal. Kedua anak itu belajar ujian tiba. Berlomba dengan waktu, mereka mengerjakannya. Beberapa hari kemudian, hasilnya keluar. Si A beroleh nilai 50, karena berhasil menjawab 50 soal dengan benar. Si B mendapat 80. Dalam hatinya, si B merasa diri lebih baik dari si A. Hidup adalah kompetisi. Sebagian menyadari, karena itu muncul dengan alamiah, sebagai akibat dari interaksi dengan orang lain. Bila hidup sendirian dalam gua, beda cerita. Terjadinya di mana-mana. Bisa dalam sekolah, pekerjaan kantor, mencari pasangan, mengikuti segala lomba, dan lainnya, yang melibatkan banyak orang. Tiap-tiap orang punya strategi. Tiap-tiap orang ingin mencapai hasil kompetisi telah keluar, ada yang puas, ada pula yang kecewa. Ada yang berpendapat bahwa kita tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan prestasi orang lain. Ini bisa memicu rasa iri dan mengganggu emosi jiwa. Ada pula yang beranggapan bahwa dengan mengukur pencapaian diri berdasarkan hasil orang lain, bisa menggairahkan motivasi untuk lebih lagi berjuang seperti orang itu. Jika dia bisa, mengapa saya tidak?Keduanya benar dengan argumen masing-masing. Efektif pula manfaatnya ketika diaplikasikan pada saat yang tepat. Tetapi, salah, jika digunakan untuk membenarkan kemalasan, sehingga hasil yang diperoleh seadanya. Saya akan melengkapi pandangan itu. Namun, lebih kepada soal rasa. Bagaimana seandainya pencapaian kita lebih bagus dari orang lain, sehingga kita merasa lebih baik? Bolehkah merasa lebih baik? Bolehkah si B pada ilustrasi di atas merasa lebih baik dari si A? Sangat ukur kemajuanDengan mendapat 80 yang memang lebih bagus dari 50, si B menilai dirinya dapat berpikir lebih pintar daripada temannya. Berarti, kemampuan otaknya bagus, meskipun masih bisa dimaksimalkan sehingga beroleh nilai 100. 1 2 3 Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Sebuahkapal karam ditengah laut karena dihantam badai & ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri & berenang kesebuah pulau kecil yang gersang. Dua orang uyang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun,mereka berdua yakin bahwa tak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa.
Jakarta Kita mungkin sering membandingkan diri dengan orang lain, atau selalu merasa bahwa orang lain selalu lebih baik dari diri kita. Entah dalam pekerjaan, prestasi akademik, sosial dan hal lainnya. Kita selalu merasa kurang, padahal belum tentu orang lain juga lebih baik dari diri kita, hanya saja kita kadang berpikir berlebihan dan malah dimanipulasi oleh pikiran sendiri, sehingga bawaanya negatif terus. Berikut ini beberapa alasan yang membuat kita kerap merasa orang lain lebih baik dari diri kita sendiri. 1. Tidak merasa percaya diri pada sesuatu yang dipilih Ktika kita tidak merasa percaya diri dengan diri kita sendiri, kita memiliki kecenderungan untuk ingin membandingkan diri kita dengan orang lain. Mungkin karena kita imerasa tertinggal atau merasa bahwa kita telah mengacaukan hidup kita. Tetapi, hidup bukan tentang apa yang orang lain katakan, melainkan apa yang kita butuhkan untuk hidup kita sendiri. Saatnya untuk mulai merasa lebih percaya diri dan fokus pada tujuan, karena sekeras apa pun kita berusaha akan selalu ada orang yang melakukan dengan lebih baik daripada Terpaku pada standar orang lainIlustrasi/copyrightshutterstock/ pola asuh orangtua mungkin juga memengaruhi ini, kita dari kecil dididik bahwa kesuksesan harus begini, dan keberhasilan diukur dengan hal-hal tertentu. Padahal, semua orang berhak menentukan kesuksesan dan keberhasilan sesuai dengan versinya masing-masing. Kamu mungkin tak memiliki apa yang orang lain miliki yang dikatakan sebagai sukses. Tetapi jika kamu merasa bahwa dirimu sudah cukup dan bahagia, maka sebenarnya itulah sukses versi dirimu, dan tak perlu memaksakan dirimu untuk mengikuti standar orang lain. 3. Tidak merasa melakukan hal sebaik orang lain Semua orang punya waktunya masing-masing dan mereka dibekali bakat dalam hal yang berbeda. Jika kamu bisa berbakat dalam menyetir dan kamu menjadi sopir, itu tidak masalah karena itu adalah bakatmu, jangan bandingkan diri dengan seseorang yang bekerja di pertambangan, misalnya. Dan karena semua itu kamu menganggap dirimu tak melakukan sesuatu dengan baik, padahal tak semua orang memiliki bakat yang sama yang denganmu dan itulah yang menjadikanmu Kita tak tahu seberat apa masalah orang lainilustrasi perempuan sedih/Photo by Agung Pratama from PexelsKita mungkin melihat orang lain dengan kehidupannya yang berjalan baik-baik saja, atau mereka selalu terlihat ceria. Padahal, bisa saja di balik itu semua mereka memiliki banyak masalah, hanya saja mereka pandai menutupinya. Yakinlah, tak ada orang yang tak memiliki masalah di dunia ini, hanya saja tak semua orang memperlihatkannya. Jadi, jangan pernah merasa hanya dirimu yang tak baik-baik saja. 5. Kita tidak cukup beryukur dan menghargai diri sendiri Jika kita terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain, sulit untuk merasa bersyukur karena kita selalu merasa membutuhkan kurang. Padahal banyak sekali keberuntungan yang kita dapatkan setiap hari dalam hidup yang bahkan mungkin tak dimiliki orang lain. Kamu tidak perlu menjadi lebih seperti orang lain dan hanya perlu lebih menjadi diri sendiri. Membandingkan diri adalah sifat alami, dan itu mungkin terjadi pada setiap orang, baik dalam hal akademis, pekejerjaan, bisnis bahkan rumah tangga. Tetapi jangan sampai membandingkan diri justru membuatmu semakin terpuruk dan pesimis tentang kehupan, lihatlah lebih dalam dirimu dan lihatlah sejauh apa kamu sudah melangkah, bukankah dirimu adalah orang yang hebat?ElevateWomen
Ketikaseseorang melihat orang lain mendapatkan rezeki, nikmat atau pemberian yang lebih baik daripada yang didapatkannya - mungkin - ia akan merasa tersaingi, kalah dan tidak lebih baik dari orang tersebut. Dalam ajaran Islam, sifat ini disebut iri hati dan merupakan salah satu sifat tercela (al-akhlaq al-madzmumah) yang harus dihindari.
OLEHITU JANGAN MERASA DIRI KITA LEBIH BAIK DARIPADA ORANG LAIN!! Aku banyak kekurangan dan kelemahan, semua orang lain lebih baik dari aku kerana hati manusia masing-masing hanya diketahui Allah. Akulah yang paling buruk dikalangan manusia. Aku sedang perbaiki diriku dan mencuba bantu orang lain untuk menjadi lebih baik.
Sikap merendahkan orang lain berpangkal dari perasaan lebih baik dari yang lain. Materi khutbah ini membeberkan tips-tips bagaimana akar masalah itu teratasi dengan mengutip pandangan Imam al-Ghazali. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Agar Tak Gampang Merendahkan Orang Lain". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْكِ الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Islam mengajarkan para pemeluknya untuk berlomba dalam kebaikan fastabiqul khairat. Ini artinya masing-masing orang didorong untuk menjadi paling unggul dibanding yang lain dalam berbuat baik. Anjuran ini juga berkelindan dengan konsep kehidupan menurut Islam bahwa yang hakiki dan abadi adalah akhirat, sementara yang semu dan sementara adalah dunia. Dunia, dengan demikian, adalah tempat menanam sebanyak-banyaknya kebaikan agar bisa dipanen pada kehidupan di akhirat kelak. Dalam Al-Qur’an sendiri Allah mengiming-imingi bahwa manusia yang paling tinggi derajat kemuliaannya adalah yang paling bertakwa inna akramakum indallahi atqakum. Informasi ini secara implisit juga bermakna anjuran berkompetisi dalam ketakwaan. Semakin muttaqin bertakwa seseorang, semakin unggul kedudukannya di sisi Allah swt. Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Ada jebakan yang cukup samar ketika seseorang “berhasil” memperbanyak kebaikan, seperti ibadah wajib, ibadah sunnah, peran sosial, atau menjadi ahli di bidang pengetahuan tertentu. Jebakan tersebut adalah perasaan “sudah sangat baik” atau “lebih baik dari orang lain”. Sebab, ini adalah pintu masuk bagi sikap untuk memandang rendah atau menyepelekan orang lain. Menjadi baik adalah satu hal, dan merasa sudah baik adalah hal yang lain. Yang pertama menekankan sisi proses, sementara yang kedua cenderung menganggap sudah mencapai hasil. Padahal, implementasi dari fastabiqul khairat harusnya adalah proses tidak berkesudahan. Ketika kita berhenti karena sudah merasa berada di posisi yang lebih baik dari yang lain, maka di situlah kita tanpa terasa sedang terperosok. Sebab, merasa lebih baik dari orang lain adalah ketidakbaikan itu sendiri. Akhirnya apa yang tampak berhasil sejatinya adalah kegagalan. فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى “Jangan kamu merasa paling suci. Karena Dia-lah yang lebih mengetahui orang yang paling bertakwa,” QS An-Najm 32. Para ahli tafsir mengungkap, ayat tersebut adalah kritik terhadap mereka yang gemar memuji dan membangga-banggakan amal sendiri. Padahal, kualitas ketakwaan hanyalah Allah yang paling tahu. Bisa jadi suatu amal ibadah atau kebaikan di satu sisi terlihat menggunung tapi di sisi lain ternyata keropos dan rapuh. Mudah runtuh dalam sekejap. Atau sebaliknya, amal yang sekilas tampak remeh bisa jadi sangat berharga di mata Allah karena dijalankan dengan penuh ketulusan dan ridha-Nya. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Lalu bagaimana kita bisa selamat dari jebakan merasa lebih baik atau bangga diri ujub yang menjadi pangkal sikap merendahkan orang lain? Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah memberikan kiat-kiatnya. Beliau merekomendasikan pendekatan manajemen pikiran yang selalu melihat kemungkinan positif dari orang lain, entah itu orang tua atau anak, berilmu atau bodoh, mukmim atau kafir. Saat kita melihat anak kecil atau lebih muda, berpikirlah bahwa ia itu lebih baik dari diri kita. Waktu mereka untuk bermaksiat tentu lebih sedikit dibanding kita yang lebih tua dari mereka. Saat kita melihat orang yang lebih tua, berpikirlah bahwa ia juga lebih baik dari kita. Sebab, ibadah mereka tentu mulai lebih dulu daripada kita yang lahir belakangan. Ketika bertemu dengan orang pandai atau berilmu, kita juga diajak untuk berpikir bahwa itu semua adalah anugerah yang belum kita gapai, prestasi yang belum kita raih. Mereka tahu banyak hal tentang apa yang tidak banyak kita ketahui. Kita bukan cuma tidak selevel tapi juga sulit mengungguli kebaikannya. Ketika berjumpa dengan orang bodoh, kita juga diajak untuk berpikir bahwa ia tetap lebih baik dari kita. Andaipun mereka ini bermaksiat tentu maksiat mereka lebih ringan daripada kita. Sebab, mereka durhaka karena kebodohan, sementara kita berbuat dosa justru atas dasar ilmu. Pengadilan akhirat kelak akan menjadikan ini dasar ketika waktu perhitungan tiba. Bagaimana kita melihat orang kafir? Imam al-Ghazali lagi-lagi menyuruh kita untuk menata pikiran bahwa ia juga mungkin lebih baik. Ajal orang tidak ada yang tahu. Bisa jadi Allah mewafatkan orang kafir itu secara husnul khatimah dengan memeluk Islam sehingga bersihlah dosa-dosa sebelumnya. Sementara diri kita? Tidak ada jaminan kita mati dengan masih membawa anugerah terbaik, yakni iman. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Kita mungkin mudah saja meraih simpati atau kesan sebagai orang saleh dan baik di mata orang-orang. Namun, itu semua hanyalah semu karena kebaikan yang hakiki adalah kebaikan di mata Allah di akhirat kelak. Imam al-Ghazali berpandangan bahwa kebaikan di sisi Allah sesungguhnya adalah sesuatu yang masih misterius. Kepastiannya menunggu ketika kita mati, apakah dalam keadaan su’ul khatimah atau husnul khatimah. Kata Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah بَلْ يَنْبَغِي لَكَ أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ الْخَيْرَ مَنْ هُوَ خَيرٌ عِنْدَ اللّٰهِ فِي دَارِ الْاٰخِرَةِ، وَذٰلِكَ غَيْبٌ، وَهُوَ مَوْقُوْفٌ عَلَى الخَاتِمَةِ؛ فَاعْتِقَادُكَ فِي نَفْسِكَ أَنَّكَ خَيْرٌ مِنْ غَيْرِكَ جَهْلٌ مَحْضٌ، بَلْ يَنْبَغِي أَلَّا تَنْظُرُ إِلَى أَحَدٍ إِلَّا وَتَرَى أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْكَ، وَأَنَّ الْفَضْلَ لَهُ عَلَى نَفْسِكَ "Ketahuilah bahwa kebaikan adalah kebaikan menurut Allah di akhirat kelak. Itu perkara ghaib tidak diketahui dan karenanya menunggu peristiwa kematian. Keyakinan bahwa dirimu lebih baik dari selainmu adalah kebodohan belaka. Sepatutnya kau tidak memandang orang lain kecuali dengan pandangan bahwa ia lebih baik ketimbang dirimu dan memiliki keutamaan di atas dirimu." Sang Hujjatul Islam juga menyebut ujub sebagai penyakit kronis. Yang ditimpa pun bukan fisik tetapi hati yang penanganannya tentu lebih sulit. Penyakit ini jika tidak segera ditangani akan memancing penyakit-penyakit lain untuk datang, seperti gemar menghina atau merendahkan orang lain, mencaci-maki, egois, tertutup atas nasihat, antikritik, dan mungkin yang lebih ekstrem, merasa berhak menganiaya orang lain. Na’udzubillahi min dzalik. Tugas pokok manusia mengabdi total kepada Allah. Soal kualitas ibadah, manusia memang harus mengikhtiarkannya semaksimal mungkin tetapi bukan untuk dibangga-banggakan, apalagi sampai menganggap rendah orang lain. Terlebih dalam sebuah hadits dijelaskan sesungguhnya faktor paling menentukan kita selamat adalah rahmat Allah, bukan yang lain. لَنْ يُنْجِي أحَدًا مِنكُم عَمَلُهُ، قال رَجُلٌ ولَا إِيَّكَ يا رَسولَ اللَّهِ؟ قالَ ولَا إِيَّايَ إلَّا أنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ مِنْهُ برَحْمَةٍ ولٰكِنْ سَدِّدُوا Artinya, “Amal tidak akan menyelamatkan kalian.” Seseorang bertanya, “Apakah amal juga tidak menyelamatkan engkau, wahai Rasulullah?” Jawab Nabi, “Tidak pula amal menyelamatkanku hanya saja Allah melimpahiku dengan rahmat dari-Nya, akan tetapi luruslah cari kebenaran dan amalkan,” HR al-Bukhari. Semoga Allah selamatkan kita semua dari penyakit hati yang parah, dan jikapun kita terkena penyakit hati sekecil apa pun maka Allah segera menyembuhkannya. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلَآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Mahbib Khoiron Artikel ini terbit atas hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP
Olehkarena itu, orang yang sombong akan mulai berpikir dia lebih baik daripada orang lain. Dia juga akan lupa bahwa semua manusia diciptakan dari tanah liat dan akan kembali ke tanah serta kembali kepada Allah. Tidak hanya itu saja, kesombongan akan menyebabkan orang tidak merasa puas dan selalu mengejar kekuasaan dan jabatan.
Ilustrasi Tidak bisa disangkal, dalam pergaulan dengan sesama manusia kita sering bertemu dengan orang-orang yang levelnya lebih rendah dari diri kita, baik secara keilmuan, pengalaman, harta benda, bahkan juga secara pemahaman agama, akhirnya kita tergoda untuk merasa diri lebih baik dari yang lain. Dalam Islam kita tidak dianjurkan untuk merasa diri lebih baik dari yang lainnya bahkan diangkap sikap tercela, sekalipun nyata-nyata kita memang tampak lebih superior dibanding sesama. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ “Tiga perkara yang membinasakan rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” HR. At-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata “Berbangga Diri, sampai-sampai dikhayalkan, “bahwa engkau lebih baik dari pada saudaramu”. Padahal bisa jadi engkau tidak mampu mengamalkan sebuah amalan yang mana dia mampu melakukannya. Padahal bisa jadi dia lebih berhati-hati dari perkara-perkara haram dibandingkan engkau, dan dia lebih suci amalannya dibandingkan engkau.” Hilyatu al-Auliya’ juz 6, 391 Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Barangsiapa diberikan musibah berupa sikap berbangga diri, maka pikirkanlah aib dirinya sendiri. Jika semua aibnya tidak terlihat sehingga ia menyangka tidak memiliki aib sama sekali dan merasa suci, maka ketahuilah sesungguhnya musibah dirinya tersebut akan menimpa dirinya selamanya. Sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah, paling lengkap kekurangannya dan paling besar kecacatannya.” Al-Akhlaq wa as-Siyar fii Mudawah an-Nufus, dinukil dari Ma’alim fii Thoriq Thalab al-Ilmi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ “Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya yaitu ujub ! ujub !” HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 6868, hadits ini dinyatakan oleh Al-Munaawi bahwasanya isnadnya jayyid dalam At-taisiir, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no 5303. Bila kita merasa telah menjadi orang yang baik saja dianggap ujub, sebagaimana ditanyakan kepada Aisyah radliyallahu anha siapakah orang yang terkena ujub, beliau menjawab “Bila ia memandang bahwa ia telah menjadi orang yang baik” Syarah Jami As Shaghir. Bagaimana bila disertai dengan menganggap remeh dan merendahkan orang lain? Merasa diri paling benar, paling suci, paling aman dari dosa, paling beriman atau bahkan paling berhak masuk surga adalah beberapa bentuk sikap sombong dalam Islam dan merupakan perbuatan yang sangat dicela oleh Allah Ta’ala. Karena itu, sebagai seorang muslim sangat dianjurkan untuk lebih mengenal dirinya sendiri introspeksi diri guna menghindarkan kita dari berbagai penyakit hati sombong, riya, ujub, takabur, dan lain sebagainya. Wallahu a’lam Abu MiqdamKomunitas Akhlaq Mulia
| Се λጹፎሂւ оና | Бу υձишиκեсл |
|---|---|
| Тቦснቀπեвс еቄ | Тխрехωхեψе ሽθкт |
| Уφοራևг зυпсиղа αላխδጹнуλ | Ажιվоለωζ уզеξርծаፖ |
| Опιሑ χագуφዕмቢ твቱቬሧсաщቬ | Βаδуг хиζቧнтибо из |